Mas Lukman Sang Dewan - EkookE

Terbaru

Senin, 10 Oktober 2022

Mas Lukman Sang Dewan

Mas Lukman Sang Dewan
Catatan Eko Budiyono

Tak ada 24 jam aku mengenal beliau. Iya, tepatnya saya baru kali pertama ketemu dan mengenalnya. Namun, rasa persaudaraan itu tetiba muncul ketika saling sapa. Lalu, mengapa ketika ia pergi meninggalkanku hati ini bak teriris sembilu?Apa aku mimpi? Atau? Entahlah. Setahuku ia orang baik yang baru hadir dalam hidupku.
Foto: Dokumen Pribadi
Kisah ini kualami dengan penuh kegembiraan. Betapa tidak, ketika kali pertama bertemu dalam acara di rumah salah satu saudara, aku baru mengenalnya. Itu pun aku tak tau namanya pula. Namun, perasaan dan keyakinanku berkata bahwa kedekatan itu akan muncul. Benar saja, selang beberapa jam aku ketemu lagi sama beliau. Tepatnya ketika habis maghrib dalam acara peringatan 1000 hari pasca meninggalnya keponakan. Setelah acara selesai, percakapan kubuka kembali mulai dari menanyakan tempat tinggal dan kesibukan dalam kesehariannya. Kami pun asyik ngobrol sambil menikmati secangkir kopi dan sesekali ditemani cigarette. Bahkan, ditengah pembicaraan aku kaget ketika tanpa sengaja kutahu kalau beliau adalah seorang anggota dewan di Kabupaten OKU Selatan. "Subhanallah, akhirnya aku ketemu orang hebat nih," gumamku.

Kesempatan yang langka ini tentu tak akan kulewatkan dengan sia-sia. Setelah acara di rumah saudaraku selesai, kami pun melanjutkan ngobrol. Banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari keluarga, sosial, hingga kegiatan-kegiatan keagamaan. Maklum, karena baru ketemu tentu banyak hal yang sama-sama kita terima. Intinya tentu saling tukar pengalaman. Saking asyiknya ngobrol, ternyata waktu sudah menunjukkan tengah malam. Aku pun tahu diri dengan keadaan beliau karena baru saja menempuh perjalanan jauh. Maka, aku pamit untuk pulang dan mempersilakan beliau untuk istirahat terlebih dahulu.

Keesokan harinya, kami pun bertemu kembali. Ia sengaja mendatangi rumahku untuk saling bersilaturahmi. Nah, dari situlah rasa persaudaraan itu muncul. Aneh memang, namun itulah kenyataannya. Kami pun kembali bersua dan ngobrol tentang kegiatan keagamaan. Maklum, selain sebagai anggota dewan dari fraksi "hijau", beliau juga pimpinan pondok pesantren "Al Hannan". Di mana pondok pesantren tersebut juga ada sekolah formalnya, mulai dari MI, MTs hingga MA. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya, kalau aku akan ketemu orang hebat seperti beliau. Sifatnya yang "low profil" semakin meyakinkanku bahwa ia adalah orang hebat, berpendidikan, dan religius.

Benar, ia ternyata putra dari salah satu Kiyai yang memimpin dan mengasuh pondok pesantren milik keluarganya. Bahkan untuk memajukan dan memperdalam serta syiar di sana, ia meminta kepada saya untuk mengirimkan beberapa ustadz maupun ustadzah. Tentu dengan catatan dan spesifikasi yang sesuai dengan keinginan beliau. Hal ini juga menjadi tantangan dan niat syiar tersendiri bagi saya untuk membantunya. Meski saya belum mengajukan ustadz dan ustadzah seperti permintaan beliau.

Pepatah mengatakan, "ada pertemuan,  pasti ada perpisahan." Benar saja, siang ini ia harus pulang ke Palembang untuk kembali beraktivitas. Sebagai seorang wakil rakyat, tentu banyak pekerjaan dan tugas yang harus beliau kerjakan. Keadaan yang membuatku tak banyak waktu, maka beliau kusarankan untuk naik bus saja menuju ke Jakarta. Lagi-lagi karena kesederhanaannya, beliau menyetujui dan memilih perjalanan darat ketimbang naik pesawat. Sungguh sifat yang rendah hati dan patut diteladani. 

Selamat berpisah saudaraku. Doaku, "semoga engkau selalu sehat dan selamat hingga rumah kembali, Aamiin." Teruslah berjuang dan tebarkan virus-virus kebaikan di bumi Sumatra Selatan tempat kau mengabdikan diri. Semoga Allah SWT meridhai, Aamiin. (eb)

Singopranan, 10 Oktober 2022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar